SMP Negeri 16 Kota Cirebon yang Memiliki Gaya Belanda Dan Menjadi Sekolah Perempuan Pertama
September 23, 2024
Pada 1 April 1906, Pemerintah Hindia Belanda menjadikan Kota Cirebon sebagai gemeente atau wilayah administratif setara dengan kotamadya. Sebelumnya, Kota Cirebon hanya memiliki kedudukan sebagai wilayah biasa.
Pada masa itu, Pemerintah Hindia Belanda banyak melaksanakan pembangunan fasilitas, termasuk di bidang pendidikan.
Ada banyak sekolah yang telah didirikan, termasuk sekolah yang berada di Jalan Kebumen, Kelurahan Lemahwungkuk, Kecamatan Lemahwungkuk.
Sekolah ini dibangun di kota Cirebon dan menjadi salah satu yang pertama dengan desain bangunan yang terinspirasi dari abad pertengahan Eropa.
Bangunan ini memiliki sejarah yang kaya, sebagai sekolah perempuan pertama di Cirebon. Siswa-siswinya mencapai prestasi akademik yang luar biasa selama belajar di sini.
Sekolah yang dulunya berdiri sebagai SMP N 16, kini telah menjadi bangunan bersejarah di Kota Cirebon.
Telah mencapai usia 108 tahun
Berdasarkan saluran Youtube Dutch Studies Universitas Indonesia berjudul “Nederlandse Sporen in Cirebon – Schoolgebouwen”, bangunan SMP N 16 Kota Cirebon saat ini telah berusia 108 tahun.
Pada tanggal 31 Januari 1916, sebuah bangunan didirikan untuk digunakan sebagai lembaga pendidikan dasar, terutama untuk para siswi.
Anak perempuan diajarkan berbagai keterampilan yang berguna untuk kehidupan sehari-hari, agar mereka siap menghadapi masa depan.
Sekolah Kepandaian Putri adalah tempat yang sempurna untuk mengembangkan keterampilan dan keahlian Anda. Kami menyediakan lingkungan yang mendukung dan guru-guru yang berpengalaman untuk membantu Anda mencapai potensi penuh Anda. Tidak hanya itu, kami juga menawarkan berbagai kegiatan ekstrakurikuler dan peluang untuk berkolaborasi dengan siswa lain untuk meningkatkan kemampuan Anda secara kreatif. Bergabunglah dengan kami di Sekolah Kepandaian Putri dan lihatlah kemajuan yang luar biasa dalam keterampilan dan bakat Anda.
Sekolah yang dulunya dikenal sebagai sekolah tua telah bermetamorfosis menjadi Sekolah Kartini, dengan fokus pada pendidikan perempuan untuk mendorong kemandirian dan kesetaraan dengan pria. Namun, seiring berjalannya waktu, sekolah ini berganti nama menjadi Sekolah Kepandaian Putri (SKP) dengan jangkauan pendidikan yang lebih luas.
Para lulusan perempuan ini rata-rata memiliki prestasi yang luar biasa, membuat mereka mampu melanjutkan pendidikan ke level yang lebih tinggi.
Memiliki Bentuk Bangunan Khas Kolonial
Menurut jurnal Arsitektur Terracotta yang ditulis oleh Fahrul Rozi dan Iwan Purnama dengan judul “Fasade Bangunan Gedung SMP N 16 Kota Cirebon”, bangunan sekolah tersebut masih mempertahankan bentuk aslinya. Desain jendela dan pintu yang berbentuk setengah kubah tetap dipertahankan untuk menjaga keaslian bangunan.
Desainnya dibuat dengan proporsi yang tinggi untuk sesuai dengan postur orang-orang Belanda di masa lalu dan mencerminkan kesan yang megah.
Menurut laporan tersebut, sekolah ini sudah mengalami beberapa kali renovasi dengan menambah ruang belajar. Hal ini termasuk memperkuat desain lama agar lebih aman dan nyaman digunakan sebagai tempat untuk belajar.
Dengan Gaya Kerajaan Belanda
Pada awalnya, desain SMP N 16 diinspirasi oleh gaya Indische Empire yang terkenal dengan pilar-pilar besar seperti pada bangunan-bangunan megah di era Yunani kuno.
Meskipun mengambil inspirasi dari desain Yunani kuno, bangunan ini menyesuaikan dengan budaya setempat. Kolom besar dan megah diganti dengan kolom yang lebih kecil dan terbuat dari kayu, menciptakan suasana yang lebih hangat dan ramah. Denah aslinya juga dirubah agar menjadi lebih simetris dan praktis, memastikan bahwa sisi kiri dan kanan saling seimbang.
Pilar adalah elemen penting untuk menambah kekuatan struktur bangunan. Selain itu, atap yang dipasang di bagian depan bangunan juga berfungsi untuk melindungi dari hujan dan sinar matahari yang berlebihan.
Bentuk atapnya menyerupai perisai
Gaya bangunan Belanda dapat dilihat dari desain atap yang menyerupai perisai dan memiliki kemiringan yang curam.
Baju ini tidak hanya menampilkan gaya Eropa, tetapi juga cocok untuk iklim tropis di Indonesia, termasuk Cirebon yang memiliki musim hujan yang lebat.
Sekarang, bentuk atap ini diperkuat dengan konstruksi dua lapis umpak karena telah berusia tua dan memerlukan perbaikan serta renovasi.